MAKALAH
Teori Organisasi Umum 1
“ Arti Penting Kepemimpinan dalam
Organisasi ”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Aulia Ausath ( 11112247 )
Dieto Fauzhar ( 12112091 )
Hendra Vira Dewantara ( 13112389 )
Mila Yunita ( 18112359 )
Rahma Hariance ( 15112909 )
Restu Arya Pradana ( 16112152 )
Roy Yohanes Lumban Gaol ( 16112708 )
KELAS 2 KA 13
Mata Kuliah : Teori Organisasi Umum 1
Dosen : IRA
PHAJAR LESTARI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2013
DAFTAR ISI
Cover …………………………………………………………………........... i
Kata Pengantar ………………………………………………………............ ii
Kata Pengantar ………………………………………………………............ ii
Daftar Isi
......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah................................................................................ 1
1.2.
Rumusan
Masalah......................................................................................... 1
1.3. Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II ISI MAKALAH
2.1. Kepemimpinan............................................................................................. 2
2.2. Organisasi...................................................................................................... 2
2.3. Konsep Gaya Kepemimpinan dalam organisasi...................................................... 3
2.4. Macam-macam Pemikiran Gaya Kepemimpinan dalam organisasi.......................... 4
2.5. Integritas dan Sikap-sikap pemimpin dalam Organisasi.......................................... 4
2.6. Ciri-ciri kepemimpinan dalam organisasi..................................................... 6
2.3. Konsep Gaya Kepemimpinan dalam organisasi...................................................... 3
2.4. Macam-macam Pemikiran Gaya Kepemimpinan dalam organisasi.......................... 4
2.5. Integritas dan Sikap-sikap pemimpin dalam Organisasi.......................................... 4
2.6. Ciri-ciri kepemimpinan dalam organisasi..................................................... 6
2.7. Tipe pemimpin dalam organisasi................................................................... 6
2.8. Fungsi Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan................................................. 9
2.8. Fungsi Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan................................................. 9
2.9. Contoh
kasus................................................................................................. 9
BAB V PENUTUP
3.2. Kesimpulan
.................................................................................................11
3.3. Saran
...........................................................................................................11
3.4. Daftar Pustaka ............................................................................................12
Kata Pengantar
3.4. Daftar Pustaka ............................................................................................12
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena tanpa perlindungan-Nya maka makalah ini tidak dapat kami selesaikan
dalam waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini penulis menjelaskan
tentang “Arti Penting Kepemimpinan Dalam Organisasi” beserta dengan contoh
peristiwa yang berkaitan dengan judul tersebut.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis maupun sumber referensi yang digunakan. Oleh karena itu mohon maaf jika makalah ini kurang sempurna. Tak lupa penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada seluruh anggota kelompok yang lainnya yang telah membantu dalam penulisan serta penyelesaian makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukannya. Jika terdapat kesalahan kami selaku penulis memohon maaf atas keterbatasan yang kami miliki. Atas perhatian dan pengertiannya kami ucapkan Terima Kasih.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu disebabkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki penulis maupun sumber referensi yang digunakan. Oleh karena itu mohon maaf jika makalah ini kurang sempurna. Tak lupa penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada seluruh anggota kelompok yang lainnya yang telah membantu dalam penulisan serta penyelesaian makalah ini.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukannya. Jika terdapat kesalahan kami selaku penulis memohon maaf atas keterbatasan yang kami miliki. Atas perhatian dan pengertiannya kami ucapkan Terima Kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam suatu organisasi selalu melibatkan
beberapa orang yang saling berinteraksi secara intensif. Interaksi tersebut
disusun dalam suatu struktur yang dapat membantu dalam usaha pencapaian tujuan
bersama. Agar pelaksanaan kerja dalam organisasi dapat berjalan sebagaimana
mestinya maka dibutuhkan sumber seperti perlengkapan, metode kerja, bahan baku,
dan lain-lain. Usaha untuk mengatur dan mengarahkan sumber daya ini disebut
dengan manajemen. Sedangkan inti dari manajemen adalah kepemimpinan. Upaya
membangun keefektifan pemimpin terletak semata pada pembekalan dimensi
keterampilan teknis dan keterampilan konseptual. Adapun keterampilan personal
menjadi terpinggirkan. Padahal sejatinya efektifitas kegiatan manajerial dan
pengaruhnya pada kinerja organisasi, sangat bergantung pada kepekaan pimpinan
untuk menggunakan keterampilan personalnya. Keterampilan personal tersebut
meliputi kemampuan untuk memahami perilaku individu dan perilaku kelompok dalam
kontribusinya membentuk dinamika organisasi, kemampuan melakukan modifikasi
perilaku, kemampuan memahami dan memberi motivasi, kemampuan memahami proses
persepsi dan pembentukan komunikasi yang efektif, kemampuan memahami relasi
antar konsep kepemimpinan-kekuasaan-politik dalam organisasi, kemampuan
memahami genealogi konflik dan negosiasinya, serta kemampuan mengkonstruksikan
budaya organisasi yang ideal.
1.2
Identifikasi masalah
Pada makalah ini penulis
mengidentifikasikan masalh mengenai kepemimpinan diantaranya adalah
mendefenisikan kepemimpinan, mengeksplorasi perbedaan-perbedaan antara seorang
pemimpin dan manajer dan mendiskusikan sumber-sumber wewenang pemimpin.penulis
akan membahas mengenai ciri-ciri, prilaku, dan teori kontijensi efektivitas
kepemimpinan serta mendiskusikan tipologi kepemimpinan dalam organisasi. Pada
bagian akhir penulis membahas mengenai pendekatan-pendekatan kepemimpinan baru
terhadap lingkungan kerja pada zaman sekarang ini.
1.3
Tujuan
Dengan
ditulisnya makalah ini, penulis memiliki tujuan untuk:
-Mengetahui
pengertian dari Organisasi, Pemimpin dan Kepemimpinan
-Mengetahui syarat-syarat menjadi pemimpin yang baik
-Mengetahui teori yang mendasari munculnya seorang pemimpin dalam organisasi.
-Mengetahui syarat-syarat menjadi pemimpin yang baik
-Mengetahui teori yang mendasari munculnya seorang pemimpin dalam organisasi.
BAB II
ISI MAKALAH
1.1. Kepemimpinan
Proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kepemimpinan Yang Efektif
Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas kepemimpinan. Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru (Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang harus dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi (mungkin), pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya).Terdapat lebih dari 3000 buku yang judulnya mengandung kata pemimipin (leader). Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku. Guru manajeman terkenal, Peter Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat: "pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi, mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.
2.2. Organisasi
Namun sebelum kemana-mana, sebenarnya apakah pengertian organisasi? Secara umum dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan wadah untuk melakukan usaha bersama untuk mencapai satu tujuan. Sementara
definisi menurut para ahli, misalnya, Prof Dr. Sondang P. Siagian, mengatakan
organisasi sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu
tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa
orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan
bawahan. Dari definisi ini jelas dalam organisasi terdapat orang-orang yang
memiliki hubungan dipimpin dan memimpin dalam mencapai suatu tujuan yang sama.
Sementara, definisi yang lebih sederhana dan tegas diberikan oleh Prof. Dr. Mr
Pradjudi Armosudiro bahwa organisasi merupakan struktur pembagian kerja dan
struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang
bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Definisi ini mempertegas adanya pembagian kerja dalam kelompok yang tujuan juga
mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Nah, setelah memahami definisi organisasi di atas, dapat kita tarik simpulan bahwa organisasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sekelompok orang yang berusaha secara bersama-sama dengan suatu struktur kepemimpinan dan pembagian tugas yang jelas dalam upaya mencapai tujuan bersama. Lantas, apa manfaatnya berorganisasi? Apalagi bagi mahasiswa yang sedang sibuk-sibuknya kuliah dan menyelesaikan studinya.
Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu lahir sebagai manusia atau mahasiswa yang memiliki kematangan pribadi seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik.
Organisasi yang baik memiliki 2 ciri utama. Yaitu, antara lain: Pertama, organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Setiap organisasi modern tentu menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
Kedua, organisasi harus memiliki identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat.
Nah, setelah memahami definisi organisasi di atas, dapat kita tarik simpulan bahwa organisasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sekelompok orang yang berusaha secara bersama-sama dengan suatu struktur kepemimpinan dan pembagian tugas yang jelas dalam upaya mencapai tujuan bersama. Lantas, apa manfaatnya berorganisasi? Apalagi bagi mahasiswa yang sedang sibuk-sibuknya kuliah dan menyelesaikan studinya.
Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu lahir sebagai manusia atau mahasiswa yang memiliki kematangan pribadi seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik.
Organisasi yang baik memiliki 2 ciri utama. Yaitu, antara lain: Pertama, organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Setiap organisasi modern tentu menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
Kedua, organisasi harus memiliki identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat.
2.3. Konsep Gaya
Kepemimpinan
Bahasan mengenai pemimpin dan
kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang
baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa
yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Meskipun demikian masih
tetap sulit untuk menerapkan seluruhnya, sehingga dalam prakteknya hanya
beberapa pemimpin saja yang dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik dan
dapat membawa para pengikutnya kepada keadaan yang diinginkan.
Kepemimpinan seperti halnya
ilmu-ilmu yang lain, mempunyai berbagai fungsi antara lain, menyajikan berbagai
hal yang berkaitan dengan permasalahan dalam kepemimpinan dan memberikan
pengaruh dalam menggunakan berbagai pendekatan dalam hubungannya dengan
pemecahan aneka macam persoalan yang mungkin timbul dalam ekologi kepemimpinan.
Kepemimpinan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan, yang mempunyai peran
penting dalam rangka proses administrasi. Hal ini didasarkan kepada pemikiran
bahwa peran seorang pemimpin merupakan implementasi atau penjabaran dari fungsi
kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan salah satu di antara peran
administrator dalam rangka mempengaruhi orang lain atau para bawahan agar
mau dengan senang hati untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Gaya kepemimpinan, mengandung
pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini
sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya
menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya
kepemimpinan.
2.4. Macam-macam Pemikiran Gaya
Kepemimpinan
Ada beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan
oleh para pakar leardership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern
yaitu gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard.
- Teori Gaya
Kepemimpinan Klasik
Teori klasik gaya kepemimpinan mengemukakan, pada
dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur
pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting
behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan
menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching),
demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).
Mengambil contoh pemimpin negara kita, presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
1. Mengarahkan (directing)
Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon
kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah
dalam kemampuan, minat dan komitmenya. Sementara itu, organisasi menghendaki
penyelesaian tugas-tugas yang tinggi.
2. Melatih (coaching)
Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan
menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga harus
memproporsikan struktur tugas sesuai kemampuan dan tanggung jawab karyawan.
3. Partisipasi (participation)
Gaya kepemimpinan partisipasi, adalah respon manajer
yang harus diperankan ketika karyawan memiliki tingkat kemampuan yang cukup,
tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab.
4. Mendelegasikan (delegating)
Selanjutnya, untuk tingkat karyawan
dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah
gaya “delegasi”. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan
maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan
tugas/tanggung jawabnya.
2.5. Integritas dan Sikap-sikap pemimpin dalam
Organisasi
Sebagian besar kita ingin jadi pemimpin. Namun,
dalam memimpin, satu hal penting ditekankan adalah kepemimpinan tidak hanya
menyangkut organisasi, namun dimulai dari lingkup yang terkecil yaitu diri kita
sendiri. Kepemimpinan dalam diri pribadi dapat dilatih dengan memiliki integritas
yang tinggi.
Integritas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti “mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh
sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran.”
Kesatuan dalam hal ini berarti adanya konsistensi antara apa yang kita katakan
dengan apa yang kita perbuat. Sekilas, integritas terlihat sepele, namun
menurut John C. Maxwell, integritas adalah faktor kepemimpinan yang paling
penting. Hal ini terbukti dari bobroknya bangsa Indonesia pada masa orde baru
karena kurangnya integritas yang berujung pada KKN meskipun pemimpinnya cakap
dalam berpolitik dan bernegara.
Integritas bukanlah apa yang kita lakukan melainkan
lebih banyak siapa diri kita. Siapa diri kita ini bisa terus menerus
diperbaiki, baik dengan menetapkan nilai-nilai dan norma-norma yang
sesuai bagi diri kita sendiri. Dan pada akhirnya siapa diri kita akan
menentukan apa yang kita lakukan.
Ketika kita menganut suatu nilai misalnya kejujuran
maka kita akan memilih untuk tetap jujur pada waktu ujian ketimbang mencoba
untuk bertanya kepada teman. Perbuatan jujur ini akan membawa keuntungan
bagi diri kita sendiri keuntungan pertama adalah kita merasa puas dengan hasil
ujian yang kita kerjakan, dan keuntungan kedua adalah teman-teman yang lain
akan percaya kepada kita. Kepercayaan merupakan harga yang sangat mahal dan hal
inilah yang membuat seseorang menjadi seorang pemimpin.
Hal yang sulit dalam integritas kepemimpinan adalah
ketika terjadi perbedaan nilai, norma ataupun kepentingan. Masalah ini sering
terjadi pada seorang mahasiswa yang menganut nilai kejujuran dan setia kawan.
Tentunya kedua nilai ini akan bertentangan ketika melihat ada teman yang tidak
bisa mengerjakan ujian dan mahasiswa tersebut merasa tergerak untuk membantu
dengan alasan kesetiaan, namun takut membantu dengan alasan kejujuran. Pada
kasus ini tentunya kita harus bisa memilah kapan menggunakan suatu nilai/norma
dan kapan tidak menggunakannya. Kesetian kawan tentunya tidak dilihat pada saat
ujian saja, melainkan dalam bersosialisasi sehari-hari dan pada saat ujian
merupakan momentum paling tepat untuk menguji kejujuran kita.
Lebih lanjut, dalam suatu organisasi terdapat
beberapa sikap yang perlu dihindari. Sikap ini merupakan bagian perwujudan
integritas pribadi yang tidak baik yang berkembang dalam suatu organisasi.
Sikap-sikap yang perlu dihindari tersebut antara lain:
Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
Salah paham dalam menerima dan menafisrkan pesan.
- Prosedur hubungan dalam organisasi tidak diikuti dengan benar. Misalnya, arahan dari pihak atasan langsung ke level paling bawah, tanpa mengambil peranan pihak tengah (middle level) dalam organisasi.
- Kurangnya komitmen penuh dalam kerja organisasi. Aturan organisasi tidak dipahami dan dihayati pleh anggota organisasi.
- Adanya kepentingan pribadi. Organisasi dipergunakan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
- Permasalahan yang tidak kunjung selesai, sehingga tidak muncul kondisi organisasi yang nyaman.
- Tidak adanya pembagian kerja dan juga pembagian keuntungan yang adil..
Keretakan dalam organisasi dapat menumbuhkan citra negatif, dengan permasalah yang saling terkait, antara lain :
- Keretakan hubungan antara anggota organisasi.
- Perselisihan yang terus berlarut-larut dan suasana organisasi yang muram.
- Wujud sikap mementingkan diri sendiri.
- Produktivitas organisasi merosot.
- Ketidakstabilan organisasi akibat dari retaknya hubungan.
- Penyalahgunaan kekuasaan, mementingkan diri sendiri
2.6.Ciri-ciri
kepemimpinan dalam organisasi
- Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
- Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut olehseseorang.
- Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain adalah fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
2.7. Tipe pemimpin dalam organisasi
1. Adaptif
Dalam keadaan normal, mungkin saja tidak akan ada jawaban yang mudah, tapi setidaknya akan ada sebuah jawaban. Di saat krisis dan terjadi perubahan di mana-mana, seorang pemimpin harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dalam menjalankan bisnisnya. Seorang pemimpin yang adaptif dapat menyesuaikan diri dan perusahaan dengan keadaan yang dinamis, menyesuaikan nilai mereka dengan perubahan ya g terjadi, dan membantu bawahan mereka untuk dapat ikut menyesuaikan diri dan mengenali perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kepercayaan bawahan tersebut kepada mereka. Contoh pemimpin adaptif yang dapat Anda lihat adalah Sam Palmisano dari IBM, dan Ford’s Alan Mulally.
2. Kecerdasan emosional
Seorang psikolog Daniel Goleman mengkorelasikan kepemimpinan yang sukses dengan kesadaran akan perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain. Pemimpin yang memiliki kecerdasan emosional sangat bisa mengatur diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain, dan mereka juga seringkali merupakan orang yang sangat hebat dalam mempengaruhi (dalam arti yang baik). Semua orang dapat berlatih dan belajar untuk bisa cerdas secara emosional.
3. Karismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik dapat mempengaruhi orang lain untuk melewati kepemimpinan bersama dirinya. Sembilan puluh tahun yang lalu, sosiologis Max Weber menggambarkan otoritas kharismatik berasal dari karakter yang luar biasa, pejuang, dan kesucian. Dewasa ini, kharismatik lebih berhubungan dengan personality seseorang dan tampaknya susah untuk diajarkan. Seorang pemimpin yang kharismatik dapat menjadi motifator yang hebat dan seringkali membawa kesuksesan yang luar biasa bagi perusahaannya. Contoh pemimpin yang kharismatik adalah Theodore Roosevelt.
4. Authentic
Authenticity, seperti halnya passion, adalah sebuah kata yang sering digunakan. Tapi kata ini tetap masih terdengar fresh ketika mantan CEO dari Medtronic, Bill George menggunakan kata ini untuk menggambarkan pemimpin dengan integritas dan karakter. Itu di tahun 2003, dua tahun setelah runtuhnya Enron dan delapan tahun sebelum Medtronic, dibawah CEO yang lain, membayar lebih dari dua puluh tiga juta dollar untuk mengatur klaim untuk membayar kesalahan mereka. Hal ini menunjukan, seorang pemimipin yang memiliki keaslian, seperti James Goodnight dari perusahaan software raksasa SAS merupakan seorang bintang dari keteguhan dan disiplin.
5. “Level 5 leader”
Seperti yang digambarkan seorang pebisnis hebat Jim Collins, pemimpin level 5 mengejar tujuan dengan kegigihan seperti seekor singa dan kerendahan hati seperti seekor domba. Orang seperti ini sangat sulit dicari. Pemimpin seperti ini adalah pemimpin yang murah hati, bertanggung jawab, dan meletakkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Meskipun banyak entrepreneur yang dikatakan merupakan pemimpin level 5, yang perlu dilihat apakah mereka bisa menekan ego mereka sendiri dalam menjalankan perusahaan atau tidak.
6. Mindful leader
Terlalu banyak pemimpin yang menjalani kepemimpinan mereka berdasarkan pada asumsi lama dan aturan-aturan yang tidak praktis. Jika pemimpin tersebut memberikan perhatian pada lingkungan mereka, memperhatikan, menganalisa dan yang paling penting, mendengarkan orang lain, maka mereka akan menanyakan pertanyaan yang lebih pintar, dapat mendeteksi perubahan yang terjadi, dan dapat menjadi pelajar yang lebih baik. Kesadararan ini akan lebih mudah dilakukan oleh para pemimpin muda, yang belum tercemar oleh pemikiran-pemikiran lama dan kebiasaan-kebiasaan lama. Tapi perusahaan raksasa juga seringkali melahirkan pemimpin-pemimpin yang mindful.
7. Narsisme
Diluar para pemimpin yang hebat, terdapat juga beberapa pemimpin yang tidak patut dicontoh. Beberapa diantaranya adalah pemimpin yang terlalu mencintai dirinya sendiri, atau yang biasa kita kenal dengan nama pemimpin yang narsis. Pemimpin yang narsis tidak mendengarkan orang lain, tidak ingin belajar, tidak ingin mengajar, dan tidak suka jika ada pendapat yang berbeda dari pendapat mereka. Tapi tidak semua pemimpin yang narsis itu buruk. Psikoanalisis Michael Maccoby menggambarkan satu tipe narsis yang tidak terlalu buruk. Contoh pemimpin seperti ini adalah Bill Gates dan Andy Grove. Mereka adalah pemimpin yang visionaris, dan mampu membawa orang-orang mengikuti visi yang mereka buat. Tipe pemimpin seperti ini ternyata memiliki pendamping yang mampu menutupi kekurangan mereka, dan tetap menjaga mereka utnuk rendah hati.
8. ”No-excuse” leadership
Kemiliteran tampaknya merupakan suatu tempat yang memiliki pembelajaran kepemimpinan yang tinggi dan tidak pernah berakhir. Kepemimpinan yang “no-excuse” merupakan tipe kepemimpinan yang biasanya terdapat di dunia militer. Tipe kepemimpinan ini akan mampu membuat keputusan dengan cepat, bersikap tegas dan keras, dan menunjukan mental yang kuat. Ini merupakan suatu kebetulan ketika penelitian di tahun 2006 menunjukan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh mantan militer mengungguli S&P 500, dan pemimpin tersebut bertahan lebih lama dalam pekerjaan mereka. Contoh pemimpin ini adalah Frederick Smith, mantan angkatan laut yang menjalankan FedEx selama lebih dari 40 tahun.
9. Menular
Richard Boyatzis dan Annie McKee menyebutkan bahwa emosi itu menular: Moral seseorang dapat naik dan turun sesuai dengan mood dari sang pemimpin. Pemimpin yang positif dan bersemangat dapat menularkan hal itu kepada bawahan mereka dan menularkan antusiasme yang positif dalam perusahaan. Merupakan hal yang penting untuk diingat bahwa Anda harus dengan cermat menghitung dan merancang perusahaan Anda, dan seberapa banyak hal itu akan mempengaruhi kehidupan pribadi Anda. Seorang pemimpin harus mampu memisahkan permasalahan pribadi dari kehidupan profesional mereka.
10. Melayani
Pemimpin tipe ini adalah pemimpin yang bersedia untuk melayani bawahannya, tidak tertutup pada batasan jabatan. Pemimpin tipe ini akan bersedia untuk pertama kali melayani, dan bersedia menjadi contoh agar bawahan mereka dapat bekerja dengan lebih baik. Tipe-tipe pemimpin ini adalah mereka yang memiliki empati yang besar, peduli, dan mau menyembuhkan.
11. Storyteller
Seorang pemimpin harus mampu bercerita: tentang dirinya sendiri, tentang perusahaan, tentang apa yang dilakukan pegawai mereka, dan tentang apa yang akan dilakukan mereka di masa depan. Menceritakan cerita membangkitkan emosi yang tidak dapat dibantah siapapun juga. Tidak heran, jika tipe pemimpin seperti ini banyak terdapat dan cocok untuk para entrepreneur, karena para entreprenur membangun sendiri cerita mereka, dan merekalah yang benar-benar mengerti cerita mereka.
2.8. Fungsi Pemimpin Dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu fungsi pemimpin dalam manajemen adalah mengambil keputusan secara efektif. Keberadaan sumber-sumber, biaya, bahan, keahlian, tenaga, pengetahuan, waktu dan ruang yang terbatas, oleh karena itu timbulah pengambilan keputusan.
Fungsi kepemimpinan pada
dasarnya menyangkut dua hal pokok, yakni:
(1) fungsi yang berkaitan
dengan tugas yang disebut fungsi pemecahan masalah
(2) fungsi pemeliharaan
kelompok yang disebut fungsi sosial
Langkah pengambilan keputusan
bervariasi, meskipun demikian secara umum meliputi :
1.
Merumuskan masalah
2.
Merumuskan hasil yang diharapkan
3.
Mengembangkan pilihan penyelesaian
2.9. Contoh kasus
Contoh Peristiwa
atau kasus yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam berorganisasi. Belum lama
ini Partai Demokrat kocar – kacir karena pengakuan dari salah seorang mantan
Bendahara Umumnya Muhammad Nazaruddin mantan yang menyebutkan bahwa banyak anggota
dari partai tersebut yang terlibat kasus korupsi Wisma Atlet. Nazaruddin yang
juga terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games itu mengaku tahu banyak
soal Anas Urbaningrum (Ketua Umum DPP Partai Demokrat) tetapi tiap kali ditanya
kasus apa saja yang menjerat Anas, Nazaruddin enggan mengungkapnya sekarang.
Selama ini Nazaruddin kerap menuding Anas terlibat sejumlah kasus dugaan
korupsi. Dia mengatakan Anas menerima uang Rp 50 Miliar terkait proyek
pembangunan pusat olahraga, Hambalang, Jawa Barat dan mendapat uang Rp 80
Miliar dari dua proyek PLN di Kalimantan dan Riau. Belakangan, Yulianis saat
bersaksi di persidangan mengungkapkan adanya aliran dana Permai Group senilai
Rp 150 juta kepada Anas Urbaningrum saat Kongres Partai Demokrat di Bandung pada
2010. Yulianis juga menyebutkan adanya dana Rp 100 juta ke Ansi Mallarangeng,
yang juga mencalonkan diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Denokrat. Selain itu,
Yulianis mengungkapkan adanya gelontoran uang Rp 30 Miliar dan 5 Juta dollar AS
ke kongres Partai Demokrat. Dalam kongres tersebut Anas terpilih sebagai ketua
umum. Nazaruddin juga sempat menyinggung masalah ini, katanya masalah ini
adalah masalah personal yang tidak ada kaitannya dengan Partai.
Berdasarkan kasus di atas dapat digambarkan jika suatu
organisasi/partai memiliki anggota yang terseret kasus korupsi ataupun masalah
lainnya yang merugikan partai/organisasi maka seorang pemimpin harus tegas
memberikan sanksi terhadap anggotanya tersebut karena hal tersebut pastinya
akan menghambat tujuan dari organisasi/partai. Disini ketegasan pemimimpin
sangatlah menentukkan, jika pemimpin tersebut memiliki tipe kepemimpinan yang
Fathernalistik bisa diperkirakan pemimimpin tersebut tidak akan memberikan
sanksi berat terhadap anggotanya. Mungkin saja pemimpin bertipe kepemimpinan
Fathernalistik ini akan memaafkan anggotanya dan memberikan kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya. Hal ini sangatlah tidak efektif, jika anggota yang
merugikan partai/organisasi terus menerus dimanjakan tentunya mereka sebagai anggota
tidak akan berkembang. Beda halnya jika pemimpin organisasi/partai tersebut
memiliki tipe kepemimpinan yang demokrtis, disini mungkin pemimpin tersebut
akan melibatkan anggota lainnya dalam pegambilan keputusan terhadap kasus
korupsi yang melibatkan anggota organisasi/partai. Meskipun melibatkan anggota
lainnya tentu saja andil terbesar dalam pengambilan keputusan berada di tangan
pemimpin. Disini seharusnya pemimpin bersikap objektif terhadap kasus yang
menimpa anggotanya. Di kasus lain jika seorang calon pemimpin melakukan jalan
pintas dalam pemilihan dirinya sebagai pemimpin organisasi/partai ini jelas
tidak benar karena masa depan organisasi/partai berada di tangan pemimpinnya,
apabila pemimpinnya saja melakukan cara pintas untuk mendapatkan kekuasaan
bagaimana dia bisa memberikan contoh yang baik kepada anggotanya. Seorang yang
seperti ini tidaklah pantas untuk dijadikan seorang pemimpin karena mereka
tidak akan memimpin organisasi/partai dengan baik, mereka cenderung
mementingkan pribadinya sendiri dibandingkan dengan kepentingan
organisasi/partai. Jelas jika organisasi/partai memiliki pemimpin seperti ini
organisasi/partai tersebut tidaklah maju.
Oleh karena itu disini pemimpin yang baik sangatlah
penting untuk kemajuan partai. Bukan mereka yang lebih mementingkan kepentingan
pribadinya tetapi mereka yang menomor satukan kepentingan bersama untuk
mencapai tujuan umum organisasi/partai.
BAB III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka pada bagian penutup ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Pemimpin yang baik sangatlah
diperlukan dalam suatu organisasi.
2. Tidak semua tipe kepemimpinan itu
baik dan cocok diterapkan pada suatu organisasi tertentu.
3. Selain di tangan anggota, masa depan
organisasi bergantung pada pemimpin, hanya pemimpin yang memiliki tipe
kepemimpinan yang baiklah yang nantinya dapat memajukan organisasi tersebut.
4. Pemimpin bukanlah dictator, disini
pemimpin hanyalah alat untuk memotivasi anggota lainnya dalam mencapai tujuan
tertentu.
5. Pemimpin yang baik dapat menjadi
contoh bagi anggotanya.
3.3. Saran
Dari penjelasan yang telah dijelaskan, maka diharapkan
makalah ini dapat dimanfaatkan pembaca dalam memahami tentang Arti Penting
Kepemimpinan Dalam Organisasi. Selain itu penulis juga menyarankan untuk
menerapkan apa yang baik dari makalah ini dan juga mengingatkan penulis apa
yang dianggap pembaca kurang baik dari makalah ini. Makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, untuk itu penulis menyarankan agar makalah ini bisa
disempurnakan baik dari cara penulisan maupun pada struktur pembahasan.
3.4. Daftar Pustaka
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/peranan-kepemimpinan-dalam-organisasi-3/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar